BERITA HARIAN - Pandemi Covid-19 masih belum dipastikan kapan akan berakhir. Saat ini, tenaga medis masih menjadi garda terdepan dalam penanganan para pasien yang terpapar corona.
Perjuangan para dokter, perawat, dan tenaga medis lainnya tak mudah dalam merawat pasien Covid-19. Salah satunya, kisah dokter Debryna yang harus memakai alat pelindung diri (APD) selama hampir 10 jam.
APD bagi para petugas medis merupakan pertahanan utama dalam menangkal paparan Covid-19. Alat itu seperti masker, kacamata pelindung, pakaian pelindung tubuh (hazmat), hingga sarung tangan. Debryna Dewi yang bekerja sebagai dokter di Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet lewat Instagram menceritakan kesulitan yang dihadapi.
"Bagaimana kalau lapar, haus dan lainnya? Bagi yang sudah biasa puasa akan oke sih. Tapi untuk menahan pipis itu susah sih. Kalau saya sih mentalnya belum kuat untuk pakai popok. Jadi saya berusaha menahan sekuat mungkin," kata Debryna.
Debryana mengungkapkan bahwa para petugas medis pun selalu was-was bila pakaian pelindung tubuh yang bolong. Sehingga, petugas medis di Wisma Atlet tersebut kerap menutup APD yang bolong tersebut dengan selotip.
"Ada ke-parno-an kalau ada bolong sedikit saja, parno gitu kan, jadi benar-benar keep checking ke teman, Jika ada yang sobek terus langsung diselotip. Itu sebenarnya agak ribet karena tiap kali lihat bolong langsung cari selotip dan pasang dulu," ujarnya.
Menurut Debryna, selama bekerja di Wisma Atlet, para petugas medis tinggal di sana, dan tidak boleh ke mana-mana. Kemudian, para pejuang di garda terdepan dalam pandemi Covid-19 itu akan dikarantina 14 hari jika tugasnya selesai. Ia pun bercerita tentang makanan darurat atau ransum yang disumbangkan oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Menurut dia, makanan tersebut cukup nikmat untuk disantap.
"Jadi masaknya di dalam kotak ini, ada nasinya juga. Terus ini rasa nasi sambel goreng daging. Jadi di dalamnya ada dagingnya. Enak kok, beneran enak saya tidak bohong," ujar Debryna yang selalu tersenyum.
Debryana mengaku kangen dengan keadaan sebelum datangnya pandemi Covid-19. Dia merindukan jalan-jalan, hingga mengunjungi restoran yang baru buka.
"Virus itu tidak bisa dilihat, bahkan waktu masuk dalam tubuh kita saja kita tidak tahu. Sampai akhirnya kita tiba-tiba sakit dan menular. Terus terang waktu teman-teman saya tanya bagaimana rasanya mau masuk ke Wisma Atlet itu, saya takut sih," tuturnya.
Ia pun mengajak masyarakat untuk tinggal di rumah, dan selalu menerapkan protokol kesehatan dengan memakai masker, menjaga jarak, hingga mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
"Kami, tenaga medis, istilahnya bagaimana cara meminimalisasikan apa yang sudah terjadi. Pasien yang sudah terinfeksi bagaimana caranya supaya dia bisa terselamatkan. Tapi poinnya di sini kan, bagaimana tidak bisa tersebar?" ucapnya.
0 Komentar